Gelapnya Malam
Didalam gelap malam aku terdiam
Merenungi apa yang telah terjadi
Sugguh kusesali cinta yang ku rasa
Semua sirna terenggut ganasnya maut
Awan hitam menebal diiringi halilintar bersahut-sahutan
Mengiringi langkahmu menuju singgasana surga
Masih tergambar jelas bayang wajahmu dihatiku
Masih membekas semua kenangan indah bersamamu
Aku masih terdiam digelapnya malam
Muak benar dengan kebersamaan
Jika akhirnya hanya terpisahkan
Tanpa menyisakan seberkas kebahagiaan
Aku belum tergerak di gelapnya malam
Mencoba menguak misteri tentang kepergianmu
Mencoba menerima semua yang terjadi
Dan mencoba tersenyum di gelapnya malam
Bukan, ,ini bukanlah sebuah luka
Ini juga bukanlah sebuah penghianatan
Tapi ini takdir
Takdir Tuhan Yang Maha Kuasa
Analisis :
Puisi “Gelapnya Malam” karya saya di atas mengungkapkan tema tentang kematian sang kekasih yang sangat dicintai.
Dari puisi diatas, saya menggambarkan bahwa kita harus menerima takdir dari Tuhan yang kadang tidak seperti apa yang kita harapkan. Saya mengawali puisi diatas dengan sebuah keadaan yang sangat menyedihkan dimana kita harus terpisah dengan kekasih yang sangat kita cintai karena maut yang memisahkan kita. Hal ini tergambar jelas pada bait pertama pada baris : “Sugguh kusesali cinta yang ku rasa, Semua sirna terenggut ganasnya maut”.
Saya juga menggunakan majas/gaya bahasa untuk memperindah puisi tersebut. Majas yang saya gunakan yaitu majas personifikasi. Adalah majas yang membandingkan benda-benda tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat seperti manusia. Terlihat pada baris pertama bait kedua yang berbunyi : “Awan hitam menebal diiringi halilintar bersahut-sahutan”.
Tidak hanya tu, saya juga menggunakan majas hiperbola, yaitu majas yang mengandung pernyataan yang berlebiha-lebihan dengan maksud untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruh. Seperti pada baris : “Mengiringi langkahmu menuju singgasana surga”.
Pada bait ketiga, saya menggambarkan bahwa saya menyesali sebuah kebersamaan jika akhirnya hanya terpisahkan oleh maut. Seakan akan saya tidak menyadari bahwa akhirnya kita juga akan mengalaminya. Tergambar jelas pada baris : “Muak benar dengan kebersamaan, Jika akhirnya hanya terpisahkan”.
Kemudian saya mencoba untuk menerima semua kenyataan yang terjadi. Walaupun awalnya sulit untuk menerimanya. “Mencoba menerima semua yang terjadi”. Baris tersebut menggambarkan keadaan saya yang mencoba untuk menerima semua kenyataan yang terjadi.
Sampai akhirnya saya benar benar menyadari bahwa ini memanglah sebuah takdir. Takdir dari Tuhan yang pasti akan terjadi. “Takdir Tuhan Yang Maha Kuasa”.
Puisi diatas berisi amanat kepada pembaca agar mampu menerima semua kenyataan yang terjadi dengan lapang dada. Belajar ikhlas menerima takdir yang kadang tak seperti apa yang kita harapkan. Dan selalu ingat bahwa apa yang kita miliki di dunia ini akan kembali kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
0 komentar:
Posting Komentar